Sabtu, 12 Maret 2011

Tentang Hortikultura

         
Pemerintah mendorong pengembangan kawasan hortikultura yang mengintegrasikan lahan penanaman, pengemasan dan memiliki rantai pasokan hingga ke konsumen.

"Sekarang ada 16 kawasan yang sudah diidentifikasi untuk itu. Kita akan keroyok habis-habisan dari semua Ditjen Deptan dan Departemen lain," kata Menteri Pertanian Anton Apriantono dalam dialog dengan petani di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Minggu (22/3).

Selama ini, kawasan hortikultura kurang terintegrasi dan tidak dilengkapi fasilitas penanganan pascapanen sehingga petani tidak mendapatkan harga jual yang baik.

Menurut dia, setiap kawasan hortikultura seharusnya terintegrasi dengan fasilitas pengemasan dan tempat pemilahan. "Harus ada kelembagaannya, ada rantai pasok sampai dengan konsumen akhir. Di seluruh Indonesia, tapi kita harus fokus, kalau di sini sudah kita bangun, kita akan fokus di sini dulu karena anggaran terbatas," ujarnya.

Dirjen Hortikultura Ahmad Dimyati menjelaskan dalam tahun 2009 ini pemerintah akan fokus mengembangkan 16 kawasan yang berpotensi menjadi kawasan hortikultura terpadu.

"Kita akan kembangkan sekaligus 16 kawasan, tapi akan ada penekanan untuk daerah tertentu. Di sini (Luwu Utara) dikembangkan durian. Ini harus masuk kawasan ke -17 mungkin nanti," katanya.

Dimyati menjelaskan pengembangan kawasan hortikultura tidak hanya didukung oleh Departemen Pertanian namun juga melibatkan Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal, Departemen Pembangunan Umum dan Departemen Perdagangan.

"Yang terlibat bukan hanya Deptan saja, misalnya untuk kawasan hortikultura jenis sayur-mayur di Pemalang, Departemen Perdagangan yang membangunkan pasarnya," ujarnya.

Enam belas kawasan hortikultura yang diprioritaskan yaitu mangga di kawasan Cirebon, Indramayu, Majalengka, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso; bawang merah di Brebes, Cirebon, Kuningan; jamur di Karawang dan Subang; cabai Ciamis dan Tasikmalaya; manggis di Purwakarta, Subang, Tasikmalaya dan Bogor; melon di Pekalongan, Karanganyar, Sragen; temulawak di Semarang; salak di(11) Sleman, Banjarnegara, Magelang; nanas di Kuburaya, Pontianak (Kalimantan barat); kentang di Modoinding.

Sedangkan untuk kawasan tanaman hias daun potong di Magelang, Semarang, Wonosobo dan Boyolali, tanaman taman di Sumatera Barat (Padang, Padang Panjang, Bukittinggi), Riau (Pekanbaru) dan Kepulauan Riau, Batam dan Bintan; bunga dan daun potong di Jawa Barat (Bandung, Bandung Barat, Cianjur dan Sukabumi, Anggrek, bunga dan daun potong di Jabodetabek dan Bunga Potong di Tomohon (Sulawesi Utara).
Konsumsi Hortikultura Indonesia Masih Rendah
BANDARLAMPUNG - Masyarakat Indonesia masih rendah dalam mengkonsumsi produk hortikultura serta masih jauh dari target yang direkomendasikan Badan Pangan Dunia (FAO).

"Kita terus meningkatkan konsumsi warga akan produk hortikultura, tahun 2009 ditargetkan untuk sayuran 43,5 kilogram per kapita per tahun dan buah 37,5 kilogram per kapita per tahun," kata Dirjen Hortikultura Deptan, Achmad Dimyati, di Bandarlampung, Selasa (24/3).

Menurut dia, saat menghadiri Pekan Raya Hortikultura ke-4 Provinsi Lampung, asupan hortikultura yang direkomendasikan Badan Pangan Dunia yakni 75 kilogram per kapita per tahun.

Karena itu, lanjutnya, berbagai upaya harus dilakukan untuk terus meningkatkan produksi serta konsumsi masyarakat akan produk hortikultura. "Kebijakan untuk itu tidak hanya di Deptan, tetapi juga harus diikuti Departemen Pendidikan, Dinas Kesehatan dan peran kaum ibu-ibu PKK di daerah," katanya.

Sementara itu, Deptan membuat program peningkatkan produk hortikultura dengan membentuk dan menunjuk daerah kawasan penghasil hortikultura.

Sampai saat ini ada sekitar 17 daerah yang dijadikan kawasan tersebut dan akan terus bertambah seiring dengan keberadaan dan kemampuan daerah untuk mengidentifikasi produk yang bisa dijadikan unggulan.

"Provinsi Lampung contohnya, memiliki potensi untuk pengembangan kelengkeng dataran rendah serta meningkatkan produksi nanas serta pisang. Suatu saat bisa dijadikan kawasan hortikultura," katanya.

Ahmad Dimyati menambahkan, dari kawasan hortikultura tersebut telah mengekspor berbagai komoditas seperti buah manggis dari Purwakarta, Tasikmalaya, Bogor, Sumater Barat, dan Sumatera Utara.

Kemudian, ekspor salak dari Sleman, ekspor mangga dari Pantura, ekspor sayuran seperti kentang dari Lembang, ekspor sayuran daun dari Kepri, serta ekspor tanaman hias.

Negara tujuan ekspor yakni Timur Tengah, Cina, Jepang, Singapura, dan Hongkong, serta produk Lampung yang sudah menjadi makanan olahan seperti nenas dan pisang pun diekspor ke Amerika Serikat./ant/itz

Prospek Ranum Hortikultura

Upaya pemerintah menggenjot kinerja industri agrobisnis di Tanah Air, tampaknya bukan sekadar isapan jempol belaka. Buktinya, pemerintah melalui departemen pertanian, dalam waktu dekat akan menyiapkan 66 wilayah di dalam negeri untuk dijadikan kawasan agrobisnis hortikultura. Pengembangan kawasan hortikultura ini nantinya akan diterapkan berdasarkan komoditi dan jenis usaha tani. Seperti diketahui, komoditi di sektor agrobisnis hortikultura itu meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka (obat-obatan). Menurut Ahmad Dimyati, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, pengembangan kawasan hortikultura itu, antara lain, dilakukan
melalui perbaikan kawasan yang sudah ada maupun pembentukan kawasan baru. “Dalam kawasan itu akan dibuat usaha besar-besaran yang dilengkapi fasilitas dan faktor pendukung lainnya,” ujar Ahmad. Pemerintah berharap, dengan adanya kawasan agrobisnis, ekspor komoditi hortikultura bisa ditingkatkan. Maklum, pemerintah melihat penanganan komoditi di sektor ini belum optimal. Padahal jumlah komoditi hortikultura saat ini telah mencapai 323 varietas, yang terdiri dari 80 varietas sayuran, 60 varietas buah-buahan, 117 varietas tanaman hias, dan 66 varietas tanaman biofarmaka.  
Sejatinya, rencana pemerintah membentuk kawasan agrobisnis hortikultura, juga
didorong oleh besarnya potensi bisnis di sektor ini. Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, ekspor komoditi di sektor ini mengalami peningkatan selama kurun waktu 2001-2005. Pada 2001, misalnya, volume ekspor tanaman hortikultura tercatat sebesar 340.337 ton. Namun pada 2005, volume ekspornya meningkat menjadi 354.642 ton. Dari sisi nilai ekspor juga menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2001 nilai ekspor hortikultura baru sebesar US$172 juta, kemudian meningkat menjadi US$ 206,6 juta pada 2005. Selama ini, ekspor komoditi hortikultura Indonesia, antara lain, yakni ke Singapura, Taiwan Cina, Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan sejumlah negara eropa lainnya. Volume dan nilai ekspor hortikultura itu dipicu oleh semakin membaiknya produksi tanaman hortikultura. Produksi buah-buahan, misalnya, dalam lima tahun terakhir (2001-2005) secara
 konsisten menunjukkan peningkatan, dengan skala pertumbuhan rata-rata mencapai 10% per tahun. Pada 2001, produksi buah-buahan baru sekitar 9.959.032 ton. Namun pada 2005 skalanya meningkat menjadi 14.313.101 ton. Produksi sayuran dalam lima tahun terakhir (2001-2005) juga cenderung meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,43% per tahun. Pada tahun 2001, produksi sayuran baru
sebanyak 7.425.861 ton, tapi meningkat menjadi 9.011.417 ton pada 2005.
Hal yang sama juga terjadi pada produksi tanaman hias. Selama lima tahun terakhir (2001-2005), secara umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14% per tahun. Jika pada 2001 produksi tanaman hias baru mencapai 102.774.319 tangkai, pada 2005 produksinya meningkat menjadi 159.309.068 tangkai. Begitu pula produksi tanaman biofarmaka, dalam kurun waktu 2001-2005 produksinya menunjukkan peningkatan dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 6,5% per tahun. Jika pada 2001 produksinya baru sekitar 193.018 ton, pada 2005 produksinya telah mencapai 282.204 ton.
Jika ditotal secara keseluruhan, produksi hortikultura selama 2001-2005 menunjukkan
Peningkatan
sebesar rata-rata 9,49% per tahun. Kalau saja produksi tanaman hortikultura menunjukkan grafik peningkatan, tentu bukan tanpa sebab. Soalnya, luas lahan panen komoditi hortikultura juga mengalami peningkatan. Untuk diketahui, luas panen buah-buahan selama lima tahun terakhir (2001-2005) cenderung meningkat. Pada 2001, luas tanaman buah-buahan yang menghasilkan sebesar 482.942 hektar, meningkat menjadi 673.062 hektar pada 2005. Peningkatan luas panen itu sejalan dengan peningkatan
produktivitas pada periode yang sama. Luas panen sayuran selama lima tahun terakhir (2001- 2005) juga cenderung meningkat, yakni dari 768.700 hektar pada 2001 menjadi 1.031.896 hektar pada 2005. Luas panen tanaman hias pada periode 2001-0005 juga meningkat. Rata-rata peningkatan sebesar 54,86% per tahun. Untuk tanaman biofarmaka luas panennya berfluktuasi dan mengalami peningkatan yang tidak signifikan.
Dari gambaran di atas, boleh dibilang, komoditas hortikultura memiliki peluang dan prospek untuk dikembangkan. Apalagi, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup mengesankan. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu malah meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di tahun ini, bahkan pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura bisa mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.
Sobir, Kepala Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB, mengatakan, niat pemerintah
mengembangkan kawasan hortikultura patut didukung. Sebab, kendala terbesar yang dialami sektor agrobisnis hortikultura nasional, adalah skala usahanya yang belum ekonomis. “Setiap usaha itu harus ada skala ekonomi secara minimum,” katanya.
Menurut Sobir, lazimnya, para petani hortikultura hanya mengusahakan tanamannya di lahan yang tak begitu luas. Rata-rata tingkat kepemilikan lahan petani di sektor ini baru mencapai 0,2 hektar per petani. Akibatnya, usaha tani tidak efisien, sulit mendapatkan dukungan pembiayaan, sulit melakukan perbaikan teknologi, tidak mencapai skala layak pasar, dan pada akhirnya tidak bisa memberikan pendapatan yang cukup pada petani sebagi pelaku usaha di sektor ini. Jadi, jangan heran, jika para petani di Indonesia masih kurang serius menggarap lahannya. Kendati memiliki lahan perkebunan, di antara mereka justru lebih tergiur mencari nafkah di sektor lainnya. “Para petani lebih baik menjual lahannya, ketimbang mengolahnya dengan biaya yang tinggi. Makanya, pendapatan para petani itu 70%-nya berasal dari luar sektor pertanian,” ujar Sobir.
Bukan cuma itu. Jarak lokasi lahan antara satu petani dan petani lainnya yang menanam satu jenis komoditi—misalnya mangga di Indramayu, Jawa Barat—juga sangat berjauhan. Karena itu, ketika pihak distributor tengah butuh pasokan mangga, ongkos yang harus mereka keluarkan juga berlipat. Makanya, jangan heran ketika buah itu sampai ke tangan konsumen, harganya menjadi mahal.
Dengan kondisi seperti itu, wajar pula, jika komoditi hortikultura—terutama buah—kerap kalah bersaing dengan komoditi asing. Itu sebabnya, Sobir mendukung rencana pemerintah mengembangkan kawasan agrobisnis hortikultura. Untuk itu, Sobir menyarankan, dalam kawasan hortikultura itu seyogianya luas kawasan ditentukan oleh jumlah populasi tanaman. Untuk tanaman buah pohon tahunan, misalnya, luasan kawasan yang layak adalah 500 hektar, atau sekitar 50.000 pohon. Sedangkan untuk tanaman buah terna adalah 100 hektar atau 100.000-150.000 pohon. Dengan tingkat skala jumlah lahan dan pohon itu, diharapkan dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dan memiliki daya saing pasar. Sobir memang tak salah. Dalam era liberalisasi perdagangan dewasa ini, produk hortikultura Indonesia dituntut mempunyai keunggulan daya saing dengan performa dan kualitas tinggi, terstandarisasi sesuai dengan preferensi konsumen, serta harga layak. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dalam hal mutu, produktivitas, efisiensi produksi, penanganan pasca panen, pengolahan hasil dan promosi pemasaran. Dengan begitu, mampu memberikan nilai tambah dan
keuntungan yang layak bagi pelaku usaha. Dan semua itu bisa dicapai dengan adanya sebuah kawasan hortikultura





















Selasa, 15 Februari 2011

Tanaman Hias



MEDIA TAK SUBUR, CALADIUM TERTIDUR



Meski tak nampak tumbuh di atas permukaan tanah, jangan buang keladi Anda. Siapa tahu dia tengah menjalani masa tidur panjang. Penyebab tidur, bisa karena cuaca tidak mendukung atau perawatan tidak benar. Bagi penggemarnya, baca tulisan ini. Ada tips agar Keladi tetap subur.

http://langitlangit.com/mod/publisher/media/219.jpg


Meski tak nampak tumbuh di atas permukaan tanah, jangan buang keladi yang Anda miliki. Mungkin tanaman tersebut tengah menjalani masa tidur panjang. Berikan perlakuan agar caladium bisa bangkit dan tumbuh subur kembali.

Pesona Caladium terletak di daunnya. Lembaran daun caladium memiliki banyak corak. Dan dengan warna yang kontras dan menyolok. Namun, sayangnya tanaman ini banyak dikenal sebagai tanaman yang sulit menghasilkan daun dalam jumlah banyak secara serempak. Bahkan dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan cara penanganan yang tidak benar bisa mengakibatkan caladium mengalami mogok tubuh.

Masa tidur atau mogok tumbuh seperti itu sering juga disebut sebagai dorman. Di habitat asalnya, keladi sering melakukan dormansi sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Semisal, suhu dan lama penyinaran yang tidak sesuai. Kekurangan zat hara dan air.

Karena kurang air

Dalam keadaan lingkungan yang menguntungkan, keladi tumbuh secara normal dan menimbun cadangan makanan dalam umbi. Jadi, organ di dalam tanah tersebut selain berfungsi sebagai alat perkembangbiakan juga bermanfaat sebagai gudang penimbun cadangan makanan. Semakin besar ukuran umbi, maka keladi bisa memiliki waktu tidur yang semakin lama pula.

Dormansi harus segera diatasi. Sebab, jumlah cadangan makanan dalam lumbung tersebut terbatas. Jika tanaman terlalu lama melakukan dormansi, dikawatirkan tanaman yang Anda miliki akan menemui ajal.

Banyak pehobi tanaman hias mengira bahwa keladi yang ia miliki telah mati. Maka tak heran jika pehobi tersebut lantas membongkar lalu membuang tanaman kesayangannya. Padahal, tanaman tersebut sebenarnya masih hidup. Hanya saja ia tidak mengeluarkan daun ke permukaan tanah.

Ada banyak penyebab yang bisa memicu tanaman keladi Anda jadi dorman. Kondisi cuaca yang tidak mendukung serta cara perawatan yang tidak benar bisa merangsang tanaman melakukan dorman. Menurut Jalil Yumal. F, staf dari Adelia Nursery, kaladium mengalami dormansi pada waktu musim kemarau. Atau bisa juga bila tanaman tersebut mendapat jatah penyiraman yang kurang.

Kondisi kekurangan air bisa diatasi dengan jalan melakukan penyiraman dengan frekuensi yang banyak. Selain itu, media tanam juga harus diramu sedemikian rupa sehingga mampu menahan air dalam jumlah cukup dan dalam jangka waktu lama.

Jalil menyarankan sebaiknya media tanam kaladium mengandung banyak bahan organik. Media tanam seperti itu diracik dengan bahan baku cocopeat, arang sekam dan pupuk kandang. Perbandingannya masing-masing yaitu 1 : 1 : 1. Selain mampu menyimpan air secara baik, media tanam seperti itu juga bersifat gembur. Media tanam yang terlalu keras dan padat juga bisa memicu Caladium jadi dorman.

Jalil mengatasi caladium dorman dengan jalan melakukan reepotting. Umbi caladium dikeluarkan dari dalam pot. Sebelum ditanam, umbi tanaman keluarga araceae tersebut direndam dulu dalam larutan perangsang atau hormon. Perendaman dilakukan selama 15 menit. Jalil menggunakan hormon bermerk dagang happy gro untuk merangsang pertumbuhan umbi caladium yang sedang dorman.

Jika semua sudah dilakukan, caladium bisa segera ditanam dalam media tanama baru yang banyak mengandung bahan organik. Sisa larutan hormon disiramkan dalam media tanam. Kondisi media tanam harus lembap. Setelah itu pot disugkup menggunakan plastik transparan. Tujuannya untuk mempertahankan kelembapan. Kaladium tersebut lalu ditaruh ditempat yang teduh (cenderung gelap) dan sejuk. Sekitar 1 – 2 minggu kemudian, tunas caladium sudah tumbuh. Anda boleh memindah tanaman tersebut menuju pot tunggal jika caladium sudah memiliki daun sebanyak 3 – 4 lembar. Atau setelah usianya 2 bulan.


Tidak selalu merugikan

Bagi para breeder tanaman hias, dormansi ternyata tidak selamanya merugikan. Masa tidur tersebut bisa dimanfaatkan agar pada periode pertumbuhan berikutnya caladium bisa memiliki jumlah daun yang banyak. Caranya sangat mudah. Keladi dikeluarkan dari media tanam lantas ditaruh dalam wadah yang kering dan bersih. Umbi tersebut lalu ditaruh di tempat yang teduh dan sejuk. Dibiarkan sampai tunasnya muncul

Tunas pertama yang muncul harus segera dipotong dengan bantuan pisau yang steril. Tujuannya supaya tidak menghambat pertumbuhan tunas berikutnya. Pemotongan tunas tersebut akan merangsang pertumbuhan tunas lain dalam jumlah yang lebih banyak. Setelah itu, umbi caladium bisa segera ditanam ke dalam media yang banyak mengandung bahan organik. Sekitar 2 minggu kemudian, tunas daun baru akan menyembul ke permukaan tanah. Jumlahnya bisa dipastikan lebih dari satu.

Tips agar Caladium tetap subur

Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 - 3 hari sekali pada musim kemarau. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dikurangi.

Pemupukan
Berikan pupuk berkadar N tinggi. Unsur N memacu pertumbuhan vegetatif. Bila menggunakan pupuk lambat urai, seprti Dekastar dan Bintang Asri, taburkan saat penanaman. Namun, jika menggunakan pupuk cepat urai seperti Growmore dan Hyponex, berikan 2 minggu setelah tanam. Selanjutnya, pemupukan setiap 2-3 minggu pada musim hujan. Pada musim kemarau siram 4-6 minggu sekali.

Media tanam gembur
Media berupa campuran tanah dengan humus, cocopeat, sekam bakar, kompos. Perbandingannya adalah 1:1 . Bisa juga menggunakan bahan 100% organik.




MENANAM DAN MERAWAT ANGGREK



Anggrek? Hm, tanaman paling disuka oleh para wanita dan pencinta bunga. Tapi banyak yang menghatakan, merawat anggrek tak semudah membelinya. Benar? Jangan khawatir. Ini sebuah tulisan yang perlu Anda baca.

http://langitlangit.com/mod/publisher/media/204.jpg


Tanaman anggrek merupakan tanaman yang telah ada di bumi sejak 120 juta tahun yang lalu dan telah sanggup terus berevolusi dan beradaptasi sehingga masih bertahan sampai sekarang, meskipun banyak hewan dan tumbuhan purba punah. Anggrek hidup di semua benua, kecuali Antartika. Di Tiongkok, anggrek liar ditemukan hidup di daerah Tiongkok Barat Daya dan Selatan, misalnya di propinsi Sichuan dan Yunnan. Di dunia ini ada hampir 35 ribu spesies anggrek. Bahkan masih banyak lagi spesies yang belum ditemukan. Salah satu anggrek langka yang ditemukan di daerah Xishuangbanna di propinsi Yunnan memiliki mantel bulu yang unik.

Di alamnya yang alami, anggrek bertahan hidup dari mineral yang terkandung pada air hujan yang jatuh dan pupuk yang terbuat dari daun-daun, kotoran burung atau serangga yang membusuk. Serangga yang bertugas membantu perkawinan bunga anggrek ditarik dengan baunya yang harus semerbak, atau dengan warna-warni dan bentuk yang menyerupai serangga tersebut, misalnya pada anggrek yang menyerupai kupu-kupu. Selain itu, serangga yang kaki-kakinya pernah terlumuri oleh benang sari bisa juga tergelincir ke kepala putik, sehingga membantu perkawinan antar anggrek.

Tentang cara perawatan anggrek, pada dasarnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan.



Yang pertama adalah cahaya.

Anggrek membutuhkan cahaya matahari untuk hidup, tetapi tidak boleh terkena terlalu banyak sinar matahari. Yang paling baik adalah cahaya matahari dari timur, ketika matahari akan terbit. Tapi siang yang terlalu panjang dan terik tidak baik bagi anggrek karena daunya bisa cepat layu. Bagi pecinta anggrek di Tiongkok Utara, di musim panas mereka harus berhati-hati bila menaruh anggrek di jendela yang menghadap ke barat, karena jendela yang menghadap ke barat mendapat sinar matahari selama siang sampai matahari terbenam. Padahal, pada musim panas matahari baru terbenam di Tiongkok Utara pada pukul 8 atau bahkan 8.30 malam. Min Lin dan pecinta anggrek Indonesia tentu tidak perlu khawatir tentang hal ini, tetapi tentunya, lebih baik bila menjelang tengah hari anggrek dipindahkan ke tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, atau tempat yang lebih teduh.

Sebetulnya tiap jenis anggrek memiliki kebutuhan cahaya sendiri-sendiri. Anggrek keluarga phalaenopsis dan oncidium kurang suka cahaya, sedangkan anggrek jenis cattleya, dendrobium dan vanda suka cahaya.

Yang kedua adalah kelembaban.

Kebanyakan anggrek menyukai kelembaban. Bagi pecinta anggrek di Indonesia, hal ini tentu tidak menjadi masalah, karena Indonesia adalah negara tropis yang lembab. Tetapi bagi mereka yang tinggal di Tiongkok Utara, udara cukup kering, terutama pada musim dingin. Karena itu mereka disarankan untuk menaruh seember air di dekat anggrek-anggrek mereka, sehingga air bisa menguap dan melembabkan anggrek.

Yang ketiga adalah pengairan.

Paling baik, anggrek disiram pada pagi hari, sehingga air sudah menguap pada saat malam tiba. Akar yang tergenangi air bisa membusuk sehingga anggrek menjadi layu atau mati. Karena itu, pot yang digunakan harus memiliki pori-pori air. Air yang paling baik untuk menyiram anggrek adalah air hujan, karena mengandung telah bercampur dengan debu dan materi-materi organic. Air keran tidak terlalu baik, terutama air keran yang banyak mengandung kaporit. Bila air keran akan digunakan, lebih baik didiamkan dulu selama beberapa saat sehingga kaporitnya mengendap. Yang perlu diingat adalah jangan menyiram anggrek dengan air yang terlalu dingin.

Penyiraman anggrek tidak perlu dilakukan terlalu sering. 5-10 hari sekali bisa disiram, tergantung dari jenis anggrek. Yang pasti, ketika disiram, medium tempat akar anggrek tumbuh harus dalam keadaan telah benar-benar kering.

Yang keempat adalah temperatur.

Bagi orang Indonesia, suhu udara mungkin tidak menjadi masalah, karena suhu di Indonesia rata-rata selalu sama. Di Tiongkok, anggrek harus dirawat di dalam rumah yang menggunakan pemanas pada musim dingin. Rata-rata anggrek tidak tahan udara yang lebih dari 33 derajat Celcius atau di bawah 15 derajat Celcius. Karena itu, jangan biarkan anggrek Anda ditempatkan di tempat yang terlalu panas. Setelah ini Anda juga bisa mendengarkan ulasan dari pakar anggrek yang mengatakan bahwa temperatur paling baik untuk anggrek adalah 27 ? 28 derajat Celcius.

Bagi yang memelihara anggrek di dalam ruangan, maka yang juga harus diperhatikan adalah poin ke lima yaitu ventilasi udara. Bagi kebanyakan keluarga di Indonesia, hal ini tidak terlalu masalah. Kebanyakan rumah di Indonesia masih menempel di tanah, memiliki halaman, dan cukup ventilasi. Ini disebabkan karena orang Indonesia yang tinggal di iklim tropis sangat membutuhkan ventilasi udara, sehingga jendela rumahnya kerap dibuka. Tetapi bagi orang Tiongkok di kota-kota besar yang tinggal di apartemen dan pada musim dingin udara terlalu dingin, maka ventilasi bisa menjadi masalah. Karena itu, selama beberapa saat, anggrek perlu ditaruh di dekat kipas angin supaya mendapat sirkulasi udara. Udara yang berhembus atau angin sepoi-sepoi sangat diperlukan oleh anggrek supaya air siraman tidak menggenang sehingga bisa jadi tempat tumbuh bakteri yang membusukkan akar anggrek. Jadi, supaya anggrek Anda tetap tumbuh dengan bahagia, maka jangan lupa untuk diangin-angin, ditaruh di beranda yang terkena hembusan udara segar.

Yang keenam, yang juga perlu diperhatikan adalah pemberian pupuk. Pilihlah pupuk yang mengandung potassium untuk perkembangan bunga dan buah, fosfor untuk produksi bunga, dan nitogren untuk pertumbuhan tanaman. Bila medium anggrek dibuat dari kulit kayu yang telah dibusukkan, nitrogen sangat diperlukan karena medium tersebut dihasilkan dari pembusukan kulit kayu oleh bakteri. Bakteri memakan banyak sekali nitrogen, sehingga tidak menyisakan banyak nitrogen bagi anggrek. Tentang banyaknya pemakaian pupuk dan seringnya, ini semua tergantung dari keadaan tanaman yang baru dibeli. Tanyakan kepada penjual, jumlah dan seringnya pupuk yang dipakai karena semua anggrek berbeda-beda. Penjual anggrek juga biasanya menjual pupuk yang direkomendasikan.

Hal yang terakhir yang juga harus diperhatikan adalah pemindahan pot. Setiap anggrek harus dipindah dari potnya setiap satu setengah sampai dua tahun sekali. Mengapa? Karena mungkin anggrek tersebut sudah tumbuh terlalu besar sehingga potnya terlalu kecil untuk menampung kebutuhan akar-akar yang sudah berkembang. Selain itu, akar anggrek juga harus dibersihkan dari akar-akar yang sudah mati. Yang juga penting adalah mengganti medium anggrek yang mungkin sudah habis vitaminnya. Pot yang lama masih bisa dipakai, setelah dibersihkan. Semua ini tentu harus dilakukan dengan hati-hati dan tanyalah kepada penjual anggrek atau toko tanaman tentang prosedur. Tetapi yang harus diingat, anggrek suka berada di pot yang agak ketat, karena bila potnya terlalu besar, sebagian besar energi akan digunakan untuk menumbuhkan akar. Juga jangan asal pindah ke pot yang baru. Pemindahan pot dilakukan bila memang anggrek sudah terlalu besar, atau bila ditemukan air menggenang yang bisa membusukkan akar. Bila tidak ditemukan alasan-alasan untuk memindah ke pot yang baru, biarkan anggrek hidup di potnya mungkin setahun lagi.

Nah, saudara pendengar, kini saya ajak Anda untuk mengunjungi perusahaan hortikultur di Tiongkok yang memiliki rumah kaca khusus anggrek. Perusahaan ini mengembangbiakkan bibit anggrek dengan bioteknologi dan mengekspor anggrek-anggrek mereka ke luar negeri. Berikut wawancara dengan Li Chun Lin, Penanggung Jawab Produksi Jetgreen di Beijing.

Perusahaan kami mengimpor bibit bunga anggrek dari tahun 70-an. Tetapi perusahaan ini mula-mula didirikan di Taiwan. Di daratan Tiongkok kami baru mulai pada tahun 1995 atau 1996. Bunga yang terkenal dari perusahaan kami adalah bunga anggrek kupu-kupu, atau phalaenopsis. Dulu bibitnya diambil dari Taiwan, tetapi sekarang kami membibit sendiri. Kami menggunakan teknologi kloning sehingga semua bibit yang dihasilkan dijamin memiliki karakteristik yang sama, baik itu bentuk daunnya, bunganya, maupun kualitasnya.

Tiongkok Utara ini memiliki musim yang temperaturnya sangat beda jauh, bagaimana bisa memelihara bunga anggrek di sini?

Kami menggunakan greenhouse (rumah kaca) dan pengaturan suhu. Perusahaan kami sendirilah yang membuat rumah kaca ini. Pada musim dingin kami mengatur suhu supaya tidak terlalu dingin dan pada musim panas kami juga mengatur agar suhu tidak terlalu tinggi. Bunga anggrek paling baik hidup di suhu 27 ? 28 derajat Celcius.

Bagaimana bila ada yang membeli bunga-bunga ini dan membawanya pulang, apa yang harus dilakukan pembeli anggrek?

Sesudah dibawa pulang ke rumah, tidak perlu sering-sering disiram air. Tujuh atau sepuluh hari sekali sudah cukup. Bila medium tempat tumbuh anggrek sudah kering, baru siram air lagi. Kalau tiap hari disiram air, akarnya bisa membusuk. Jangan taruh di tempat yang terkena sinar matahari yang terlalu terik. Tetapi harus tetap kena sinar matahari sedikit. Di Beijing pada musim dingin bunga inipun bisa tumbuh, karena adanya pemanas dalam ruangan. Bila di suatu ruangan, suhunya di bawah 5 derajat, maka bunga ini akan mati. Suhu yang lebih dari 30 derajat juga akan mempengaruhi pertumbuhan anggrek. Jadi yang paling bagus 27 ? 28 derajat Celcius. Bunga ini butuh sinar matahari sebesar 20 ribu lux (lux adalah satuan ukuran intensitas cahaya). Rumah kaca mereka didesain untuk menerima sinar matahari sebesar ini. Sinar mataharinya tidak boleh terlalu terik, tetapi juga tidak boleh ditaruh di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Bila tidak ada sinar matahari, bunganya akan cepat gugur.




Kecantikan Bunga Euphorbia
Batangnya memang berduri, tetapi bunga Euphorbia amat cantik. Warnanya pun beragam. Cocok untuk penghias teras, atau jadi pemanis ruangan. Pantas disukai ibu-ibu. Yang pasti, tanaman yang satu ini dipercaya membawa keberuntungan.
 Batangnya memang berduri, tetapi bunga Euphorbia amat cantik. Warnanya pun beragam. Cocok untuk penghias teras, atau jadi pemanis ruangan. Yang pasti, tanaman yang satu ini dipercaya membawa keberuntungan.

Euphorbia tidak hanya dikenal karena kecantikan bunganya. Mungkin karena bunganya seperti angka 8, Euphorbia sering disebut sebagai bunga keberuntungan, atau kemakmuran. Bahkan, karena di batangnya banyak ditumbuhi duri, sebagian masyarakat percaya bunga ini sebagai penolak bala atau kejahatan.

Bentuk bunganya bundar dengan warna-warni sangat indah. Kuning, oranye, atau merah. Daunnya berwarna hijau segar dan lebar. Jika ingin memetik bunganya harus hati-hati karena batangnya berduri. Tapi, durinya tidak terlalu tajam, kok, ujar Novilia, pengelola Oasis Nursery, Sentul, Jawa Barat, sambil meraba batang berduri Euphorbia.

Dengan lebih dari 2000 spesies, tanaman yang sebagian besar berasal dari Afrika dan Madagaskar ini bisa tumbuh di Indonesia karena sifatnya yang senang dengan sinar matahari. Kebanyakan Euphorbia yang dikembangkan di Indonesia berasal dari Thailand. Menurut Novi, jika baru datang dari Thailand, Euphorbia sebaiknya jangan terkena sinar matahari secara langsung. Setelah akan berbunga barulah aman untuk dipindahkan ke tempat yang ada sinar matahari langsung. Dijamin, Euphorbia akan berbunga dengan indahnya.

Perlu diingat untuk tidak membiarkan media tanahnya dalam kondisi lembap. Bisa-bisa tanaman busuk, batangnya jadi lunak, jelas Novi sambil memberitahu media Euphorbia terdiri dari sekam bakar, cocopeat, dan pakis. Agar tak merusak tanaman, saat penyiraman jangan ke bagian bunga, tapi ke media tanaman. Memperbanyak Euphorbia dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Saat melakukan perbanyakan dengan stek, batang tanaman yang keluar getahnya jangan langsung ditanam. Biarkan kering dulu sekitar 3 hari. Kalau langsung ditanam bisa busuk.

Bisa juga perbanyakan dengan dengan model grafting, menyambung batang bawah dengan batang atas. Ini paling banyak dilakukan, karena sudah ketahuan batangnya jenis apa. Kalau memperbanyak dari biji suka sulit memprediksinya. Terkadang daunnya jadi aneh tumbuhnya, jelas Novi. Bahkan menurunya, berkat sambungan, sudah ada Euphorbia yang batangnya tidak berduri. Tapi perbandingannya kecil sekali, mungkin 1:1.000.

Jika musim panas tiba, tanaman akan diserang kutu putih. Cukup musnahkan dengan insektisida. Basminya secara bertahap, misalnya, dalam seminggu bisa tiga kali melakukan pembasmian. Hama lain yang kerap mengganggu adalah ulat, khususnya pada saat peralihan dari musim hujan ke panas.

Beri Lubang Pot
1. Tanam Euphorbia di pot yang ada lubang di dasarnya. Jika tak berlubang medianya akan mampet di bawah. Akibatnya tanaman tidak tumbuh dengan bagus.
2. Euphorbia suka media kering dan porous yaitu tidak mengikat air terlalu lama.
3. Jika tumbuh cabang-cabang yang tidak beraturan sebaiknya dipotong.
4. Untuk mencek apakah tanaman cukup air atau tidak, masukkan telunjuk ke dalam media. Jika kering berarti memerlukan air. Tanaman pun akan mengkerut, daun menguning dan rontok
.


Studi Troposfer menggunakan GPS

ATMOSFER BUMI
Atmosfer adalah campuran gas yang mengelilingi permukaan bumi. Campuran gas ini mengitari bumi karena ditarik oleh gaya gravitasi yang ada pada bumi dan campuran gas ini disebut dengan udara. Lapisan gas tersebut mengelilingi bumi dengan ketebalan yang sulit untuk ditentukan secara teliti, namun ketebalan rata-rata dari atmosfer ini ditentukan kira kira 500 km [Spiegel & Gruber, 1983].
Udara bercampur secara baik di atmosfer. Meskipun bercampur, atmosfer mempunyai perbedaan-perbedaan yang signifikan dalam temperatur dan tekanan dalam setiap perbedaan ketinggiannya. Perbedaan ini didefinisikan ke dalam sejumlah lapisan atmosfer.
Lapisan atmosfer ini terdiri dari troposfer (0-16 km), stratosfer (16-50 km), mesosfer (50-80 km) dan termosfer (80-640 km). batas antara keempat lapisan ditentukan dengan perubahan temperatur yang mencolok, dan termasuk berturut-turut tropopause, stratopause, dan mesopause. Di dalam troposfer dan mesosfer, temperatur secara umum menurun sesuai dengan kenaikan ketinggian, sebaliknya pada stratosfer dan termosfer, temperatur naik seiring dengan kenaikan ketinggian [pettersen,1958;Miller et al,1983].
Hampir seluruh udara (90 %) mengandung uap air dan sisanya tidak mengandung uap air [Kurniawan, 1998]. Udara yang tidak mengandung uap air ini disebut dengan udara kering.
—————————————————————————————————————————————————
LAPISAN TROPOSFER
Lapisan troposfer merupakan persentase terbesar dari total masa atmosfer yaitu lebih dari 75%. Sedangkan sisanya menyebar pada lapisan yang lain [Spiegel &Gruber, 1983]. Troposfer tersusun atas nitrogen ( 78 %) dan oksigen (21 %) dengan hanya sedikit konsentrasi gas lainnya.
Penurunan rata-rata temperatur pada troposfer adalah 6.5° C/km [Pettersen, 1958]. Tingkat penurunan ini dikenal dengan susut temperatur rata-rata troposfer. Susut temperatur maksudnya adalah derajat penurunan temperatur. Di tempat yang temperaturnya berkurang sejalan dengan ketinggian seperti lazimnya pada troposfer susut temperaturnya adalah positif.  Berkurangnya temperatur terhadap ketinggian pada troposfer ini disebabkan oleh [ Yulanda, 1997] : Pemanasan udara yang terbanyak berasal dari bumi, uap air dan debu yang menyerap panas, semakin keatas semakin berkurang, udara pada lapisan bawah lebih rapat daripada lapisan diatas sehingga udara pada lapisan bawah lebih panas
Ketika melalui troposfer, sinyal GPS akan mengalami refraksi yang menyebabkan perubahan kecepatan dan arah sinyal GPS. Efek utama dari troposfer dalam hal ini adalah terhadap hasil ukuran jarak dari satelit GPS ke receiver GPS di permukaan [Abidin, 2000]. Data pseudorange dan data fase keduanya sama diperlambat oleh troposfer, dan besar magnitudo dari bias troposfer pada kedua data pengamatan tersebut adalah sama. Magnitudo dari bias troposfer berkisar sekitar ≈ 2.3 m di arah zenit sampai ≈ 20 m pada 100 m di atas horison [Abidin, 2000; Seeber, 1993; Wells et al, 1986].
—————————————————————————————————————————————————
Kandungan Uap Air dalam Troposfer
Uap air adalah air yang berada pada fase gas. kandungan uap air dalam troposfer menurun secara tajam dengan kenaikan ketinggian. Kandungan uap air memainkan peranan penting dalam mengatur temperatur udara karena menyerap radiasi matahari dan radiasi termal dari permukaan bumi. Uap air terbesar berada diatas daerah tropis. Jumlahnya bervariasi dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun secara umum diperkirakan jumlah atau konsentrasi uap air di atmosfer berkisar antara hampir 0% sampai 4%. Maksudnya adalah 4 gram air untuk setiap 100 gram udara. Perubahan ekstrim  menurut tempat dan waktu dari jumlah uap air di atmosfer tersebut disebabkan karena kemampuan air yang unik untuk berada pada tiga fase (gas, cair, dan padat) pada temperatur yang biasanya terdapat di bumi [Miller, 1983]
Dari jumlah yang berkisar antara 0 % sampai denga 4% tersebut, hampir keseluruhannya ( 99 %) berada pada lapisan troposfer. Pada troposfer, air pada bentuk cair ditemukan sebagai gerimis (hujan rintik), awan, kabut, dan embun. Es merupakan air dalam bentuk padat dan ditemukan dalam atmosfer dalam berbagai bentuk, seperti salju, hujan es (hail), hujan es yang bercampur salju, awan kristal es, dan butiran salju (snow pellets) [Spiegel &Gruber, 1983]. Sedangkan bentuk gas dari air disebut dengan uap air, sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Semua fenomena cuaca terjadi di dalam lapisan troposfer. Ini disebabkan karena pegerakan vertikal atau konveksi udara membangkitkan awan-awan yang menyebabkan terjadinya hujan dari uap air dalam troposfer, dan memberikan banyak perubahan dalam cuaca.
Pada tropopause, temperatur mengalami kestabilan. Tropopause ini adalah lapisan yang membatasi troposfer dan stratosfer. Temperatur udara mulai meningkat di dalam stratosfer. Peningkatan temperatur mencegah terjadinya konveksi udara diluar tropopause, dan konsekuensinya banyak fenomena cuaca, termasuk awan petir cumulonimbus yang paling tinggi terjadi di dalam troposfer.
Jumlah kandungan uap air yang tepat yang berada pada setiap tempat dan waktu sangat penting untuk diketahui oleh para ahli meteorologi. Peranan penting yang dimaksud adalah [Miller, 1983] : Uap air merupakan penyerap radias yang sangat penting di udara dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan energi di atmosfer.  Pelepasan panas laten dari proses kondensasi merupakan sumber energi yang penting untuk memelihara proses-proses cuaca yang terjadi di atmosfer. Kandungan uap air merupakan komponen yang sangat penting bagi peramalan cuaca.
————————————————————————————————————————————————–
STUDI TROPOSFER MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPS 

Satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal gelombang elektromagnetik yang sebelum diterima oleh antena receiver GPS akan melewati medium lapisan-lapisan atmosfer yaitu ionosfer dan troposfer. Dalam kedua lapisan ini, sinyal GPS akan mengalami gangguan (bias) sehingga jarak yang dihitung akan memberikan nilai yang mengandung kesalahan. Jarak digunakan untuk menghitung posisi titik.  Dalam lingkup kajian GPS, kedua lapisan ini menjadi bias tersendiri yang harus dikoreksi sebelum menentukan posisi titik.
Bias yang disebabkan oleh adanya lapisan troposfer dan ionosfer ini ditambah dengan kesalahan orbit dan waktu akan menyebabkan kesalahan pada ukuran jarak dari satelit GPS ke antena receiver, yang akan menyebabkan kekurang telitian pada penentuan posisi pengamat. Oleh karena itu estimasi besaran bias troposfer dan ionosfer perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti. Bias yang diakibatkan oleh lapisan troposfer memberikan efek yang lebih signifikan jika diakibatkan oleh bias yang diakibatkan oleh lapisan ionosfer, terutama terhadap komponen tinggi yang di berikan oleh GPS [Abidin et al,1998].
Metode yang digunakan dalam penentuan bias troposfer ini adalah dengan menggunakan metode inversi GPS. Metode inversi ini pada dasarnya adalah menentukan besarnya penyimpangan jarak dari satelit GPS ke antena receiver GPS sebagai akibat dari perlambatan waktu tempuh selama sinyal melewati lapisan troposfer. Penyimpangan jarak akibat perlambatan waktu tempuh sinyal GPS umumnya disebut dengan Zenith Tropospheric Delay (ZTD). Harga ZTD ini nantinya dijadikan sebagai faktor koreksi untuk menentukan jarak dari satelit GPS ke antena receiver GPS yang bebas pengaruh troposfer.
Besaran ZTD juga dapat digunakan untuk mengkarakterisasi dan menganalisis kondisi troposfer di sekitar daerah pengamatan GPS. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan komponen basah (wet component) dari ZTD, sehingga diperoleh ZWD (Zenith Wet Delay) yang lebih dikenal dengan sebutan wet delay. Wet delay yang diperoleh selanjutnya akan dipantau dan dipetakan, yang pada tahapan berikutnya akan dianalisis untuk berbagai keperluan aplikasi, terutama dalam bidang meteorologi (GPS-Meteorology).
Analisis dari pemantauan wet delay terhadap kondisi meteorologis suatu daerah tentunya berlainan antara yang satu dengan yang lainnya, diantaranya tergantung dari lokasi geografis dan kondisi topografis dari daerah penelitian tersebut. Selain itu cakupan wilayah juga menjadi faktor penting dalam analisis tersebut.
————————————————————————————————————————————————–
Studi Kondisi Troposfer di Kota Bandung

KK Geodesi bekerjasama dan KK dari prodi Geofisika Meteorologi telah melakukan penelitian atau studi GPS Meteorologi.  Akronim GPS Meteorologi ini yaitu teknik pemantauan karakteristik troposfer dengan memanfaatkan inversi data GPS.  Studi GPS Met ini dilakukan oleh KK Geodesi diantaranya di daerah kota Bandung dan sekitarnya.
Akuisisi data dilakukan sebanyak empat kala. Kala pertama dan kedua pada bulan September dan November 2001, sedangkan yang ketiga dan keempat adalah pada bulan Juni dan Agustus 2002. Setiap kala, pengamatan dilakukan pada satu hari penuh. Dimulai dari pukul 09.00 sampai pukul 17.07 WIB. Selama delapan jam pengamatan itu, diupayakan setiap jam-nya terdapat titik-titik sampel stasion pengamatan GPS yang  mewakili kota Bandung. Untuk setiap jam pengamatan, dibagi ke dalam tiga segmen waktu pengamatan. Tiap segmen waktu dimulai dari menit ke-0, menit ke-20, dan menit ke-40.  lamanya pengamatan tiap segmen adalah tujuh (7) menit dengan epoch interval sebesar 3 detik, elevation mask angle sebesar 150.

Setelah pengambilan data lapangan selesai, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data GPS, yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komersial SKI PRO. Strategi pengolahan dilakukan dengan mereduksi secara maksimum kesalahan dan bias yang ada, sehingga yang tertinggal hanyalah hasil inversi yang berupa data ZWD. Selanjutnya masing-masing titik amat diplot posisi geografisnya dalam sistem koordinat UTM, dan data ZWD untuk masing-masing titik amat itu kemudian dijadikan sebagai data kontur pada pengeplotan posisi dalam sistem koordinat UTM. Peta ‘kontur PWV’ itu diasumsikan merupakan peta dari satu jam pengamatan GPS. Pada akhirnya akan merupakan suatu rangkaian “peta kandungan uap air relatif kota Bandung” untuk1 hari pengamatan yang dilakukan.  

Dari hasil pengolahan data diperoleh kesimpulan yaitu kecenderungan umum wet delay kota Bandung meningkat dari barat laut hingga ke tenggara. Kecenderungan ini nampak dari semua peta yang dibuat. Meskipun setiap peta memiliki karakterisitik sendiri yang membedakan dengan peta lainnya. Ditinjau dari segi ketinggian daerah, Semakin tinggi posisi titik di permukaan bumi, maka harga wet delay akan rendah pula. Lihat juga [Wedyanto et.al, 2001 a] untuk penelitian kondisi udara di Gunungapi Batur. Kondisi geografis kota Bandung berada di daerah tropis yang bertekanan rendah. Sehingga udara mengalir dari 300 LU dan 300 LS. Aliran udara dari 300 LU disebut angin pasat timur laut. Sedangkan yang berasal dari 300 LS disebut angin pasat tenggara [Setyoko, 1984]. Selain dipengaruhi oleh angin pasat, iklim di kota Bandung juga dipengaruhi angin musim (monsun) [Avia, 1994].
Kondisi meteorologis kota Bandung juga dipengaruhi oleh kondisi lokal. Kondisi lokal ini bisa berupa penguapan, curah hujan, pemanasan permukaan bumi, partikel buangan industri atau kendaraan bermotor maupun dari aktivitas masyarakat. Diduga tekanan massa udara (angin) datang dari arah selatan-tenggara menuju pusat kota Bandung. Disinilah terjadi suatu ‘benturan’, ketika angin itu membentur angin yang berasal dari arah utara melalui celah Lembang. Benturan itu kemudian bergerak ke arah timur laut.  Selanjutnya, ketika cuaca cerah, terjadi penguapan sehingga kandungan uap air meningkat. Peningkatan ini semakin besar ketika cuaca mulai mendung karena akan segera turun hujan. Sedangkan ketika hujan turun, kandungan uap air berkurang. Setelah hujan selesai, perbedaan kandungan uap air terjadi di beberapa daerah. Ada yang kembali meningkat, yang relatif tidak berubah, ada juga yang malah berkurang. Perbedaan ini diduga karena lebih banyak dipengaruhi aktivitas lokal lainnya.
Pusat Kota Bandung, secara umum menunjukkan aktivitas berbeda dengan lokasi lain, yang ditunjukkan dengan tingginya komponen basah (wet delay) disaat komponen basah di lokasi-lokasi lain sedang rendah, demikian sebaliknya. Hal ini berarti berkorelasi dengan kepadatan penduduk di daerah tersebut dengan komponen basah yang dihasilkan.  Walaupun demikian, secara umum juga dapat dideteksi bahwa pada pk.16:00-17:00 kondisi basah berkurang di seluruh cekungan Bandung.