Kamis, 03 Februari 2011

filosofi patung

FILOSOFI PATUNG
Patung di Denpasar
DI tengah-tengah keramaian dan kebisingan lalu-lintas Kota Denpasar, para pahlawan dalam wujud patung-patung itu tetap mememikkan teriak sepanjang hari. Namun, adakah teriak itu didengar orang? Terlepas dari itu, sang patung pahlawan tersebut sepertinya tak peduli. Ia berdiri tegap, menatap angkasa, di setiap persimpangan jalan.
Di samping untuk menghormati jasa para pejuang, patung-patung itu sekaligus menjadi identitas Denpasar sebagai ibukota Propinsi Bali. Masuk Denpasar dari utara, di persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Cokroaminoto, berdiri patung Mayor I Gusti Bagus Sugianyar. Patung ini dibangun pada 4 Agustus 1994 ini. Lalu, ada patung Kapten Cokorda Agung Tresna di persimpangan Jalan Gatot Subroto dan Nangka, dibangun pada 31 Desember 1993. Sementara patung Letnan Ida Bagus Putu Djapa, dibangun 20 November 1996, terletak di persimpangan Jalan Raya Puputan dan Hayam Wuruk.
Di jantung Kota Denpasar, berdiri patung Perang Puputan Badung, dengan visualisasi pejuang laki-perempuan Bali yang menghunus keris dan membawa tombak. Patung ini dibangun pada 20 September 1979, bertepatan dengan perayaan peringatan ke-73 tahun Perang Puputan Badung. Sedangkan untuk mengenang jasa prajurit gagah berani I Gusti Ngurah Rai, dibuatkan patung di daerah Tuban, dekat Bandara Ngurah Rai.
Idealnya, di samping memperindah perwajahan kota, patung-patung para pahlawan itu diperuntukkan sebagai media sejarah bagi generasi muda. Lewat patung-patung itu, diharapkan spirit kepahlawanan dan nasionalisme generasi muda bisa dibangkitkan.
Dua Fungsi
I Made Adi Smita, mahasiswa Fakultas Seni Rupa Murni jurusan patung ISI Denpasar, mengatakan patung yang berdiri di jalan-jalan itu memiliki dua fungsi yaitu sebagai monumen untuk penghormatan bagi para pahlawan dan sebagai "pengatur" lalu lintas. "Kalau patung itu berfungsi untuk monumen saja, berarti salah mendirikan di tengah jalan. Patung itu juga sebagai pengatur lalu lintas," katanya seraya menambahkan, patung-patung itu memang mampu membangkitkan rasa nasionalisme anak muda sekarang.
Ni Made Dhianari, mahasiswi jurusan Sastra Inggris Unud mengatakan, patung-patung pahlawan di tempat-tempat umum itu tidak hanya memperindah kota, juga sebagai media pembelajaran bagi siswa dan mahasiswa. "Patung pahlawan perlu diletakkan di tempat strategis. Selain untuk mengenang peristiwa, juga dapat membangun semangat," ujarnya. Ditambahkannya, hanya saja perlu dibuatkan penataan yang lebih rapi, lengkapi dengan katalog, sehingga orang paham.
Sementara Drs. Ketut Murdana, M.Sn., Pembantu I Rektor ISI Denpasar mengatakan, patung pahlawan itu untuk membangun spirit bahwa masyarakat Bali memiliki semangat heroik yang cukup tinggi di dalam mempertahankan wilayahnya. "Kalau bisa difokuskan di masing-masing kota, konsep ini akan dapat memberikan suatu kepercayaan pada generasi muda berikutnya. Perlu ditata dan ditegaskan di situ, yang mana pahlawan, yang mana bersifat simbol, agar pemahamannya tidak kacau," katanya.
Murdana juga mengatakan, perlu dilakukan penataan yang lebih rapi dengan membuatkan katalog, sehingga masyarakat betul-betul diajar secara konseptual. "Patung-patung itu juga bisa sebagai pengembangan city tour atau pariwisata budaya. Jadi di situ, katalog itu perlu. Sekarang tidak ada yang menjelaskan, patungnya hanya dipajang begitu saja, sehingga terjadi persepsi yang berbeda-beda," tuntasnya.
Namun yang jelas, di tengah kebisingan dan keseharian kota, di bawah terik dan hujan, patung-patung itu tetap meneriakkan yel-yel spirit kemerdekaan dan nasionalisme dengan gagahnya. Semoga ada yang mau mendengar. (ana)
Patung di Badung
  1. Patung Satria Gatotkaca yang megah ini dibangun pada tahun 1993 di tengah-tengah simpang tiga di sebelah timur laut Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali.
    Diambil dari cerita Mahabarata, dimana dalam cerita tersebut Gatotkaca dikisahkan sebagai ksatria yang gagah perkasa dan pemberani, anak dari Bimasena, salah satu dari ksatria Panca Pandawa.
    Ia dikenal sebagai ksatria yang ahli terbang dan bertanggungjawab pada pertahanan udara serta memberi perlindungan bagi keselamatan kerajaan Pandawa.

    Patung ini dipercaya dapat memberikan perlindungan spiritual kepada turis asing atau pengunjung yang pergi dan datang ke Bali.

    Patung Satria Gatot Kaca ini dibuat I Wayan Winten (http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2004/2/15/pot1.html), pematung asal Teges Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.


  1. Patung Dewaruci yang mengambil ide cerita pewayangan saat Bhima bertemu dengan guru sejatinya, Dewaruci (dalam budaya Bali lebih dikenal dengan nama Acyntia = Tuhan yang bersemayan dalam diri).
    Bima dalam cerita pewayangan disosokkan sebagai seseorang yang berbadan tegap, berkarakter lugas, egaliter, dan setia. Salah satu keluarga Pendawa ini sangat hormat kepada gurunya. Saat dia diperintah Dorna untuk mencari air hidup (tirta amerta) di samudera yang ganas, Bima tak sedikitpun merasa gentar. Dikisahkan, dia kemudian harus menghadapi Naga Nembur Nawa, si penjaga samudera. Di saat Bima hampir tengelam tiba-tiba muncul anak kecil yang menyerupai Bima. Dialah Dewa Ruci, mimesis Bima. Pesan moral dari cerita Dewa Ruci adalah siapa mengenal dirinya akan mengenal Tuhan-nya.

    Patung ini dibuat pada tahun 1996
    Terletak di persimpangan yang menghubungkan wilayah Kuta, Sanur, Nusa Dua dan Denpasar, tepatnya di muka Duty Free Shop ~ yang juga merupakan titik/pusat wilayah Kuta baik dihitung secara Sekala maupun Niskala.



    Patung Dewaruci ini dibuat I Wayan Winten (http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2004/2/15/pot1.html), pematung asal Teges Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.


Patung di Karang Asem

Jika berkunjung ke Taman Ujung, sering Patung ini luput dari perhatian Wisatawan, padahal keberadaan patung ini secara konsep dari segi tata letak yang berada yang paling tinggi dari areal Taman Ujung yang merupakan satu kesatuan konsep Pemikiran Arsitektur seorang Arsitek Otodidak, yang kebetulan Beliau adalah seorang Raja. Disini jelas beliau sangat memperhitungkan Konsep Tri Hita Karana ( Hubungan Manusia dengan Tuhannya, Hubungan Manusia dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Alamnya )


Sesungguhnya di Komplek Patung Warak ada tiga elemen Patung yang merupakan satu kesatuan yang mengandung makna yang cukup mendalam. Ada patung Warak ( Patung Badak ), Singamara dan Lembu ( Nandini ). Sesungguhnya diantara nilai yang ada di Taman Soekasada/ Ujung, patung inilah yang mempunyai nilai Spirit yang paling tinggi, ketiga patung ini dipandang dari sudut Mitologi Hindhu merupakan Sysmbol-Symbol yang disakralkan dan masing-masing dari patung tersebut mengandung makna atau filosofi berupa pesan-pesan moral.


Badak dalam bahasa Bali disebut Warak, Warak juga bisa ditulis Warac yang bisa dibaca Waras yang mengandung makna kesadaran. Jadi makna yang terkandung dari Patung Warak, hanya orang yang jiwanya sadar yang bisa mencapai Sorga. Demikian pesan moral yang dikaitkan dengan Upacara Baligya.
Patung Singamara adalah merupakan Symbolis dari Penguasa seperti Raja dan yang sepadannya dalam mitologi Hindhu. Sebagaimana posisi patung Singamara, memberikan inspirasi kepada kita bahwa air yang mengalir dari patung warak mengucur kepada patung patung Singamara, merupakan adanya Inspirasi kesadaran ini mengalir kepada pribadi Raja yang menjadi modal Utama menjadi seorang Raja dalam mengoptimalkan kecerdasan Spiritual, kecerdasan intelektual maupun kecerdasan Sosialnya.
Patung Lembu ( Nandini ), dalam Agama Hindhu adalah merupalkan mitologi dari kesejahteraan. Keberadaan Patung ini letaknya paling bawah yang menggambarkan Posisi ( keberadaan ) Rakyat sebua Negara yang merupakan elemen yang terbawah dari suatu Tatanan Pemerintahan. Lembu Nandini sebagai sysmbol kesejahteraan karena Lembu sangat besar manfaatnya bagi manusia dalam kaitan dengan kebutuhan Hidup Manusia.
Perwujudan ketiga Patung diatas merupakan satu kesatuan ( satu paket ) yang saling terkait, berawal dari Patung Warak yang letaknnya paling diatas yang mengucurkan air dari mulutnya kemudian jatu tepat pada Badan Singamara yang diteruskan mengucurkan air menebar disekeliling Lembu.Dari itu semua bisa diartikan Masyarakat sangat berharap memiliki raja yang punya kesadaran yang peka akan kesulitan Rakyatnya dan Raja memiliki arah yang jelas yaitu mewujudkan kesejahteraan di Masyarakat.

1 komentar:

  1. please provide the name of the heroes of the statues in denpasar located in:
    1.Jalan Gotot subroto intersection with Crockoaminoto
    2. Jalan Gotot Subroto instersection Jalan Nangka
    write the answer please to batis99@yahoo.com

    BalasHapus